Lelehan darah dan air mata rakyat Palestina meneriakkan kepiluan, “Waa Islamah…”. Di manakah saudara-saudara seiman?. Sedangkan Rasulullah saw. pernah bersabda, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam percintaan dan kasih sayang mereka, bagaikan satu tubuh. Bila ada satu bagian yang sakit, maka semua tubuh merasakan sakit dan demam, hingga tidak bisa tidur”.
Di mana engkau wahai saudaraku kaum muslimin, Saat kaum Yahudi datang merobek-robek rumah kami, Menumpahkan segala jenis bom-bom dan amunisi Kreasi akhir zaman berteknologi tinggi Kami bertempur melawan musuh dan dinginnya malam Dengan tangan-tangan kosong, yang hanya tinggal kepalan. Di mana engkau wahai saudaraku kaum muslimin, Saat kami berlari-lari di kegelapan. Menghindari desing peluru yang berhamburan, Menyeret kaki berdarah-darah. Yang sobek tertancap besi yang patah. Di mana engkau wahai saudaraku kaum muslimin, Saat keluarga kami dicerai-beraikan, Oleh panasnya bom fosfor yang melelehkan jangat di badan. Saat aku berdiam menggigil di bawah gundukan Menanti waktu pagi saat gencatan. Di mana engkau wahai saudaraku kaum muslimin, Ketika kutemui anak-anak kami terserak bergeletakan Dengan tubuh lebam penuh luka mematikan. Saat jeritanku pecah, tak lagi tertahankan Menatap ketiga jasad mereka yang kaku dan diam Rasa nyeri hati tak mampu kusabarkan Semalam penuh mereka meraung-raung kesakitan. Kini… Kukecup satu per satu buah hati kami … dengan tatapan mata perpisahan Gaza… oh Gaza, dua puluh satu malam. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Tiga minggu penuh serangan brutal Israel dihujamkan ke wilayah Palestina di jalur Gaza. Pada awalnya serbuan dimulai dengan pesawat-pesawat canggih F-16 yang memekakkan telinga di jalur Gaza. Jalur yang sempit itu hanya memiliki lebar rata-rata lima kilometer dengan bagian yang paling lebar tidak lebih dari dua belas kilometer. Di sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Israel, di sebelah Barat ada bibir laut Mediterania. Di Selatan ada sebuah celah sempit—kota Rafah—berbatasan dengan Mesir. Akan tetapi perbatasan ini dijaga oleh dua lapis pasukan. Lapis pertama oleh tentara Mesir dan lapis ke dua adalah tentara Israel. Dengan bom-bom cluster yang canggih, senjata terbaru buatan Amerika, Israel menghancurkan dan membombardir sasaran-sasaran sipil. Mereka tidak peduli apakah itu mesjid, sekolah-sekolah, rumah-rumah, bahkan tempat-tempat penampungan pengungsi yang dikelola oleh PBB. Semua mereka hantam dengan membabi buta. Serangan ini hanya dilawan Hamas dengan senjata-senjata kecil yang biasanya digunakan dalam perang kota. Tentu saja, terjadi ketidak seimbangan kekuatan yang sangat mencolok, karena harus melawan berbagai kekuatan senjata dan alat pembunuh yang canggih keluaran terbaru. Di tengah berlangsungnya kebiadaban ini, dengan tenang dan penuh diplomasi, George W. Bush—Presiden Amerika Serikat saat itu--mengatakan bahwa Israel hanya sedang membela diri karena ditembak roket-roket Hamas. Tidak puas dengan serangan udara, hari berikutnya tank-tank Israel merangsek masuk ke wilayah Gaza, menghantam dan meluluhlantakkan bangunan-bangunan yang ada. Tanpa belas kasihan, seorang wanita yang mengibarkan bendera putihpun dihajar oleh peluru tank Israel, hingga tubuhnya hancur berserpihan. Tentara-tentara Yahudi ini memang tak peduli, apakah sasarannya perawat, dokter, pekerja sosial, atau wartawan sekalipun, semua dibantai. Sementara belasan negara Arab hanya mematung bingung tanpa protes, tanpa bantuan, dan tanpa pembelaan. Setiap pagi mata kita berkaca-kaca menyaksikan berita tentang Gaza di televisi. Malam demi malam korban selalu bertambah. Tidak kurang dari seratus orang rata-rata korban meninggal setiap hari dan lebih dari lima ratus orang luka berat. Saat gencatan senjata, setelah Gaza diserang selama tiga pekan, data jumlah korban meninggal lebih dari 1500 orang dan lebih dari 5000 orang luka berat dengan cacat permanen atau kelumpuhan dan amputasi anggota badan. Kebiadaban Israel ini memang di luar perikemanusiaan yang dikenal oleh peradaban. Bangsa yang telah dikutuk Allah swt. melalui lisan Daud dan Isa ‘alaihimassalam ini datang dan merampas tanah-tanah rakyat Palestina, setelah Inggris menduduki wilayah tersebut paska Perang Dunia I. Skenario mendatangkan orang-orang Yahudi ke Palestinapun dimulai. Perlahan namun jumlah mereka setiap waktu meningkat sangat siginifikan. Lalu pada tahun 1922, PBB menguatkan mandat Palestina di bawah Inggris. Teror-teror Yahudi atas penduduk Palestina, bahkan kasus pembakaran Masjidil Aqsha, mendapat perlindungan penuh dari tentara Inggris. Dan atas bantuan PBB, Inggris, Rusia dan Amerika, maka pada tahun 1948 berdirilah Negara Israel. Mereka memperluas wilayah pendudukan atas Palestina dan wilayah Arab sekitarnya. Selanjutnya lebih ekspansi lagi dalam perang tahun 1967. Jadi sekali lagi perlu ditegaskan dan diingatkan, bahwa status Israel atas Palestina adalah PENJAJAHAN. Awalnya hanya 5% wilayah Palestina yang diduduki oleh Yahudi. Namun kini lebih dari 80% tanah Palestina telah dirampas Israel. Kisah terakhir adalah dipenghujung tahun 2008. setelah Israel sukses memecah belah pemerintahan Palestina hasil pemilu yang paling demokratis. Pemilu yang dimenangkan oleh Hamas tersebut dimusuhi, diboikot, termasuk oleh AS dan Negara-negara Eropa. Kemudian Palestina dibelah, Mahmud Abbas dan Fatah mengklaim Tepi Barat, sementara Hamas bertahan di Gaza. Lalu disepakati gencatan senjata antara Hamas dengan Israel, namun Israel memblokade seluruh perbatasan. Tentara-tentara Yahudi memutus aliran listrik, menyetop pasokan gas dan juga memutus aliran air bersih ke Gaza. Mereka juga menyetop dan menahan semua bantuan, termasuk makanan maupun obat-obatan bagi rakyat Palestina. Tampak jelas sekali Israel amat berambisi membuat 1,5 juta rakyat Palestina yang tinggal di Gaza ini mati perlahan. Korbanpun mulai berjatuhan. Untuk memecah kebuntuan, setelah berakhirnya masa gencatan senjata, guna menarik perhatian dunia Internasional, maka Hamas menembakkan beberapa roket kecil ke wilayah Israel yang mengakibatkan kerusakan berupa lubang-lubang dangkal sebesar piring makan. Inilah yang kemudian direspon Israel dengan memborbardir habis Gaza selama 21 malam berturut-turut. Lelehan darah dan air mata rakyat Palestina meneriakkan kepiluan, “Waa Islamah…”. Di manakah saudara-saudara seiman?. Sedangkan Rasulullah saw. pernah bersabda, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam percintaan dan kasih sayang mereka, bagaikan satu tubuh. Bila ada satu bagian yang sakit, maka semua tubuh merasakan sakit dan demam, hingga tidak bisa tidur”. Kita melihat sedikit sekali perhatian dunia Islam pada saudara-saudara kita di Gaza. Padahal, sumbangan ini walaupun kecil—katakanlah walau hanya satu dolar—akan sangat berarti manakala seluruh ummat Islam di dunia serempak melakukannya, agar saudara-saudara kita di Gaza pulih dari penderitaan dan kehancurannya. Solidaritas kita akan mengalirkan semangat pada rakyat Palestina di Gaza, hingga mereka akan bangkit dan terus berjuang. Bahkan seorang Michael Heart pun terinspirasi menggubah sebuah lagu ”Sontg for Gaza”, unutk melawan kezaliman ini, diantara bait syairnya berbunyi: “We will not go down in the night without a fight, you can burn up our mosques and our homes and our schools, but our spirit will never die. We will not go down in Gaza tonight.” Memang kita sendiri—bangsa Indonesia—yang hampir 90% penduduknya adalah muslim. Peran dan kontribusi kita, sangat diharapkan oleh Negara-negara Islam lainnya, namun masih sangat sedikit memberi perhatian kepada rakyat Palestina. Berbagai demonstrasi solidaritas yang dilakukan, memprotes kebrutalan Israel, masih harus menerima cibiran dan kecurigaan dari beberapa kalangan. Dan saudaraku, betapa aku jadi malu sendiri, ternyata masih amat sedikit yang dapat kulakukan. Dan aku lebih tidak peduli lagi, ketika disebut sebagai tersangka, sebab membela saudara kami dari kejahatan kemanusiaan. Wallahua’lam bishawwab.